A. Penulisan huruf besar
Kesalahan dalam penulisan banyak dijumpai pada pada penggunaan huruf besar. Berikut ini 13 macam ketentuan tentang penulisan atau pemakaian huruf besar di antaranya:
1. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat.
2. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh: Adik bertanya, “Kapan ibu pulang?”
3. Huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, Kitab Suci dan nama Tuhan termasuk kata ganti- Nya.
Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Yang Mahapengasih, Quran, hambaMu, hambaNya.
4. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misal: Haji Agus Salim, Imam Syafii, Mahaputra Yamin
5. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Misal: Gubernur Suprapto, Menteri Harmoko, Profesor Supono
6. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama orang.
Misal: Dewi Sartika, Ibu Kartini, Armyn Pane
7. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
Misal: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
8. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.
Misal:
tahun Hijrah Tarikh Masehi
bulan Agustus hari Senin
hari Galungan hari Natal
hari bhayangkara Proklamasi Kemerdekaan
9. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi
Misal: Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan
10. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi.
Misal:
Dewan Perwakilan Rakyat
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Dewan Pertimbangan Agung
11. Huruf besar dipakai semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan keucali kata partikel di, ke, dari, untuk, dan yang tidak berposisi awal.
Misal: Salah Asuhan
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
12. Huruf besar dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.
Misal: Dr. = Doktor
Ir. = Insinyur
Ny. = Nyonya
dr. = dokter
Prof. = Profesor
13. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kerabat seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman sebagai kata ganti atau sapaan.
Misal:
Kapan Bapak berangkat?
Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima
Silahkan duduk, Dik!
B. Penulisan kata turunan
1. Bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Misal:
memberitahukan
mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan
2. Salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misal:
amoral antarkota
dasawarsa Pancasila
antikomunis mahasiswa
C. Penulisan kata ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misal: anak-anakan
berjalan-jalan
meja-meja
gerak-gerik
D. Penulisan kata gabung
1. Kata gabung yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah.
Misal:
duta besar
kambing hitam
kereta api cepat
mata pelajaran
persegi panjang
2. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misal:
apabila bumiputra
bagaimana kepada
daripada padahal
matahari
E. Penulisan kata depan
di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misal:
Adiknya pergi ke Surabaya
Bermalam saja di sini!
Ia datang dari Yogyakarta
F. Penulisan partikel
a. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misal: Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik!
Siapakah gerangan dia?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misal: Saya pun ingin pandai.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku!
Kelompok kata berikut sudah dianggap padu benar, sehingga ditulis serangkai:
adapun, andaipun, meskipun, sungguhpun, walaupun.
c. Partikel per yang berarti “mulai, demi, tiap” ditulis terpisah dan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misal:
Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
G. Penggunaan tanda baca dan macam-macam tanda baca
Macam-macam tanda baca:
Tanda titik (.)
Tanda koma (,)
Tanda titik koma (;)
Tanda titik dua (:)
Tanda hubung (-)
Tanda pisah (-)
Tanda elipsis (…)
Tanda tanya (?)
Tanda seru (!)
Tanda kurung ( )
Tanda petik (“…”)
Tanda petik tunggal (‘…’)
Tanda ulang (…2)
Tanda garis miring (/)
Tanda penyingkat apostrof (‘)
H. Tanda titik dipakai:
a. Pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misal: Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
b. Pada akhir singkatan nama orang
Misal: Dr. (Doktor) dr. (dokter)
Ir. (Insinyur) kep. (kepala)
c. Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Misal:
dkk. (dan kawan-kawan)
Tsb. (tersebut)
d. Pada akhir singkatan nama orang
Misal:
S. Parman
Muh. Yamin
e. Di belakang angka atau huruf dalam surat bagan, ikhtisar atau daftar.
Misal:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan
B. Direktorat Jenderal Agraria